Apa Itu Tentara Bayaran Wagner
Menggulingkan para pemimpin militer Rusia
Sebelumnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperingatkan bahwa ada "hukuman yang tak terhindarkan" bagi mereka yang memecah belah masyarakat Rusia. Dia mengatakan beberapa orang Rusia telah "ditipu untuk melakukan petualangan kriminal".
Tanpa secara khusus menyebut bos kelompok tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, yang bersumpah menggulingkan para pemimpin militer Rusia, Putin mengatakan "ambisi" tinggi dari beberapa orang telah menyebabkan "pengkhianatan tingkat tinggi".
Putin menegaskan masa depan Rusia dipertaruhkan seraya menyebut tindakan para pemberontak sebagai "tikaman dari belakang".
Dan dia mengatakan bahwa kebijakan kontra-terorisme telah diterapkan di ibu kota Moskow dan beberapa wilayah lainnya.
Yevgeny Prigozhin selaku kepala kelompok tentara bayaran Wagner, telah bersumpah "melakukan semua cara" untuk menggulingkan para pemimpin militer Rusia, beberapa jam setelah Kremlin menuduhnya melakukan "pemberontakan bersenjata".
Yevgeny Prigozhin mengatakan para anggota Wagner pimpinannya telah melintasi perbatasan dari Ukraina ke Rusia, memasuki Kota Rostov-on-Don.
Prigozhin mengatakan anak buahnya akan menghancurkan siapa saja yang menghalangi jalan mereka.
Gubernur setempat mengimbau warga di sana untuk tetap tenang dan tetap berada di dalam rumah.
Prigozhin mengklaim bahwa pasukannya telah menembak jatuh sebuah helikopter militer Rusia yang "menembaki konvoi sipil". Dia tidak memberikan lokasi dan pernyataan tersebut tidak dapat segera diverifikasi.
Kelompok Wagner adalah tentara bayaran swasta yang telah berperang bersama tentara reguler Rusia di Ukraina.
Ketegangan meningkat di antara mereka tentang cara perang itu dilangsungkan. Prigozhin secara blak-blakan mengritik para pemimpin militer Rusia dalam beberapa bulan terakhir.
Pada Jumat (23/06), pemimpin tentara bayaran berusia 62 tahun itu menuduh militer melancarkan serangan rudal mematikan terhadap pasukannya dan bersumpah akan menghukum mereka. Dia tidak memberikan bukti atas tuduhannya itu.
Pihak berwenang membantah terjadinya serangan tersebut dan menuntut Prigozhin menghentikan "tindakan ilegal" -nya.
Prigozhin mengatakan "kejahatan" para pemimpin militer Rusia harus dihentikan dan bersumpah akan "berkonvoi demi keadilan".
"Mereka yang membunuh pemuda kami, dan puluhan ribu nyawa tentara Rusia [dalam perang di Ukraina] akan dihukum," katanya dalam pesan audio yang diunggah ke platform media sosial Telegram.
"Saya meminta Anda untuk tidak melawan. Siapa pun yang melakukannya akan dianggap sebagai ancaman dan dihancurkan. Itu berlaku untuk setiap pos pemeriksaan dan pesawat dalam perjalanan kami.
"Kekuasaan kepresidenan, pemerintah, polisi, dan penjaga Rusia akan bekerja seperti biasa.
"Ini bukan kudeta militer, tapi konvoi keadilan. Tindakan kami tidak mengganggu pasukan dengan cara apa pun."
Presiden Rusia Vladimir Putin menerima kabar terbaru sepanjang waktu tentang situasi tersebut, kata juru bicaranya.
Keamanan di Moskow ditingkatkan pada Jumat malam di lokasi-lokasi utama di Moskow, termasuk gedung-gedung pemerintah dan fasilitas transportasi, demikian dilaporkan kantor berita Rusia TASS.
Gubernur wilayah Lipetsk di Rusia juga meminta warga untuk tidak melakukan perjalanan ke selatan.
Lipetsk berada sekitar 280 km sebelah timur laut dari perbatasan Ukraina, dan lebih dari 500 km di utara Rostov.
Dalam tulisannya di Telegram, Igor Artamonov menyebut langkah-langkah keamanan di kawasan itu diperketat, dengan fokus khusus pada sejumlah fasilitas infrastruktur penting.
Melalui cuitan pada Jumat malam, Kementerian Pertahanan Ukraina hanya mengatakan: "Kami sedang menonton."
Gedung Putih mengatakan sedang memantau situasi dan akan berkonsultasi dengan sekutu AS.
Jenderal Sergei Surovikin, wakil kepala pasukan Rusia di Ukraina, yang kepemimpinannya dipuji Prigozhin di masa lalu, memintanya untuk "menghentikan konvoi dan mengembalikan mereka ke pangkalan mereka".
"Kami satu darah, kami adalah pejuang," katanya dalam sebuah video. "Anda tidak boleh menguntungkan musuh pada saat yang sulit bagi negara kita."
Komandan senior lainnya, Letnan Jenderal Vladimir Alekseyev, menggambarkan tindakan kepala tentara bayaran Wagner itu sebagai "tikaman terhadap negara dan presiden".
Media pemerintah Rusia melaporkan bahwa FSB, dinas keamanan Rusia, telah menempuh gugatan pidana terhadap Prigozhin, menuduhnya "menyerukan pemberontakan bersenjata" dan mencoba memulai konflik sipil bersenjata di Rusia.
FSB juga dilaporkan meminta tentara Wagner untuk tidak mematuhi perintah Prigozhin dan mengambil langkah untuk menangkapnya.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa "semua laporan Prigozhin yang tersebar di media sosial" tentang serangan Rusia terhadap kamp-kamp Wagner "tidak benar dan merupakan provokasi informasi".
Laporan Prigozhin yang dimaksud adalah pesan video pada Mei lalu. Kala itu, Prigozhin berdiri di antara jasad-jasad anak buahnya sembari marah-marah terhadap Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu - serta Kepala Staf Umum Valery Gerasimov - karena tidak memberi mereka amunisi yang cukup.
Pada hari Jumat, dia menyatakan bahwa perang di Ukraina telah dimulai "agar Shoigu bisa menjadi Marsekal".
"Kementerian Pertahanan berusaha menipu publik, menipu presiden, dan menceritakan sebuah kisah bahwa ada agresi gila oleh Ukraina, bahwa - bersama dengan seluruh blok NATO - Ukraina berencana menyerang kami," katanya.
Pasukan tentara bayaran Grup Wagner memberontak di Rusia. Mereka menduduki kota Rostov-on-Don, yang menjadi basis serangan Rusia ke Ukraina.
Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (24/6/2023), di persimpangan utama di pusat kota itu, terlihat sebuah mobil lapis baja dengan senapan mesin dan sekitar selusin pria berseragam militer dengan ban lengan berwarna perak yang biasa dikenakan pasukan Wagner.
Para jurnalis di kota tersebut melaporkan kendaraan lapis baja pengangkut tentara dan tank-tank tempur juga ditempatkan di bagian lain dari pusat kota, termasuk di luar sebuah toko mainan dan sebuah tempat sirkus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Wagner Yevgeny Prigozhin mengatakan pasukannya saat ini telah menguasai pusat komando militer utama Rusia untuk operasi Ukraina serta sebuah pangkalan udara di kota itu. Dia bersumpah untuk menggulingkan para pemimpin militer utama Moskow.
Yevgeny mengatakan bahwa dirinya telah memerintahkan sekitar 25.000 pejuang Wagner untuk mencapai tujuan itu.
Dilansir CNBC.com, Sabtu (24/6/2023), disebut oleh Rusia sebagai "perusahaan militer swasta". Pihak lainnya menyebut Wagner sebagai kelompok tentara bayaran.
Didirikan pada tahun 2014 oleh Yevgeny Prigozhin, seorang pria berusia 61 tahun yang sebelumnya dikenal sebagai "koki Putin" karena melayani acara-acara kenegaraan dengan bisnis kateringnya.
Pada bulan Desember tahun lalu, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby mengatakan bahwa AS meyakini Wagner memiliki sekitar 50.000 personel di Ukraina, yang terdiri dari sekitar 10.000 kontraktor dan 40.000 narapidana dari penjara-penjara Rusia.
Pemerintah Rusia telah membantah keterlibatan Wagner dalam operasi militer resminya. Namun, lembaga think tank Washington, Center for Strategic and International Studies mengatakan kelompok itu seringkali terhubung langsung dengan negara Rusia. Wagner memainkan peran dalam operasi Rusia di Ukraina pada 2014 dan 2015, katanya.
"Alih-alih menggunakan narasi Rusia, yang menganggap Wagner sebagai perusahaan militer swasta, Wagner harus dilihat sebagai organisasi proksi klasik," kata Center for Strategic and International Studies.
Pasukan Wagner juga terlibat di belahan dunia lain, termasuk Afrika.
Dia menambahkan bahwa tawaran untuk Wagner menempatkan sejumlah tentara bayarannya di Belarusia masih berlaku. Langkah itu dinilai menjadi prospek yang mengkhawatirkan negara-negara anggota NATO yang juga bertetangga dengan Belarusia.
Lukashenko menegaskan dirinya tidak melihat hal itu sebagai risiko untuk Belarusia dan tidak meyakini jika tentara bayaran Wagner akan mengangkat senjata melawan negaranya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan terbaru Lukashenko ini disampaikan setelah laporan media-media lokal Rusia menyebut Prigozhin terlihat di St Petersburg. Keberadaan Prigozhin kembali di Rusia dipandang sebagai bagian dari kesepakatan yang memungkinkan dia menyelesaikan urusannya di sana.
Belum diketahui apa tujuan Prigozhin kembali ke Rusia.
Bos tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, dilaporkan sudah kembali pulang ke Rusia usai 'mengungsi' ke Belarusia. Tentara bayaran yang dipimpin Prigozhin juga dilaporkan tetap berada di kamp mereka sama seperti sebelum pemberontakan singkat terjadi akhir bulan lalu.
Seperti dilansir Reuters dan Associated Press, Kamis (6/7/2023), informasi soal keberadaan terbaru Prigozhin itu disampaikan oleh Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, yang sebelumnya membantu menengahi kesepakatan antara bos tentara bayaran Wagner itu dengan Kremlin.
Dalam kesepakatan itu, Prigozhin sepakat membatalkan pemberontakan bersenjata pada 24 Juni lalu dan menarik mundur tentara bayaran ke markas mereka, dengan imbalan jaminan keamanan untuk dirinya dan tentaranya, serta izin untuk mengasingkan diri ke Belarusia yang bertetangga dengan Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah pekan lalu menyebut Prigozhin berada di Belarusia, Lukashenko pada Kamis (6/7) waktu setempat mengatakan kepada wartawan internasional bahwa bos tentara bayaran Wagner itu kini berada di St Petersburg, kota terbesar kedua di Rusia.
"Untuk Prigozhin, dia berada di St Petersburg. Dia tidak berada di wilayah Belarusia," ucap Lukashenko dalam pernyataan terbarunya. Pada 27 Juni lalu, Lukashenko mengatakan Prigozhin telah tiba di Belarusia sebagai bagian dari kesepakatan dengan Kremlin.
Dalam pernyataan terbaru, Lukashenko juga menyebut tentara bayaran Wagner tetap berada di kamp mereka di kota tersebut.
Lukashenko tidak menyebut secara spesifik lokasi kamp Wagner, namun tentara bayaran yang dipimpin Prigozhin bertempur bersama pasukan Rusia di wilayah Ukraina sebelum melancarkan pemberontakan bersenjata akhir Juni lalu.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Saksikan juga 'Saat Wagner Bersiap Serahkan Peralatan Militer ke Rusia':
[Gambas:Video 20detik]
Mokow/Kiev (ANTARA) - Rusia menuduh bos tentara bayaran Yevgeny Prigozhin melancarkan pemberontakan bersenjata setelah dia bersumpah akan menghukum para petinggi militer yang dituding telah membunuh 2.000 laskarnya.
Langkah ini makin memperuncing perseteruan yang kian terbuka antara Prigozhin dan para petinggi militer.
Di tengah situasi yang memanas ini, dinas keamanan Rusia (FSB) mengajukan gugatan kejahatan terhadap Prigozhin, lapor kantor berita TASS.
FSB juga meminta para personel tentara bayaran Wagner Group agar tidak mempedulikan perintah Prigozhin dan sebaliknya menangkapnya.
Wakil komandan operasi militer Rusia di Ukraina, Jenderal Sergei Surovikin, meminta petempur-petempur Wagner mematuhi Presiden Rusia Vladimit Putin, menerima komando dari para komandan militer Rusia dan kembali ke pangkalan mereka.
Dia mengatakan konflik politik bakal dimanfaatkan oleh musuh-musuh Rusia.
"Saya perintah kalian agar berhenti," kata Surovikin dengan tangan menyentuh senapan, dalam video yang diposting via Telegram.
Kebuntuan politik yang belum banyak terungkap itu tampaknya menjadi krisis domestik terbesar yang dihadapi Vladimir Putin sejak mengerahkan ribuan tentara ke Ukraina pada Februari tahun lalu.
Prigozhin yang pernah menjadi sekutu terpercaya Putin, dalam beberapa bulan terakhir tak bisa menyembunyikan perseteruan yang semakin sengit dengan para pemimpin Moskow.
Sebelumnya pada Jumat, dia kehabisan kesabaran dengan buka-bukaan menyebut alasan Rusia menyerang Ukrain didasari oleh kebohongan para petinggi militer.
Wagner Group memimpin pendudukan kota Bakhmut di Ukraina bulan lalu yang menjadi kemenangan terbesar yang dicapai Rusia dalam 10 bulan terakhir.
Prigozhin memanfaatkan keberhasilannya di medan perang untuk mengkritik para pejabat tinggi kementerian pertahanan dengan impunitas yang saat ini perlahan berkurang.
Selama berbulan-bulan, dia terang-terangan menuduh Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan panglima angkatan bersenjata Rusia Jenderal Valery Gerasimov, sebagai tidak kompeten.
Dalam serangkaian pesan audio lewat Telegram resminya larut malam, Prigozhin berkata: "Menteri pertahanan telah memerintahkan 2.000 jenazah agar disembunyikan agar tidak memperlihatkan kekalahan perang."
Dia menambahkan: "Mereka yang menghancurkan saudara-saudara kita, yang menghancurkan kehidupan puluhan ribu tentara Rusia, harus dihukum. Saya meminta agar tidak ada yang memberikan perlawanan."
"Ada 25.000 orang beserta kami dan kami akan mencari tahu mengapa kekacauan terjadi di negara ini."
Prigozhin berkilah tindakannya "bukan kudeta militer".
Dia juga menandaskan "sebagian besar militer sungguh-sungguh mendukung kami."
Sementara itu, menurut kantor berita TASS, aparat keamanan Rusia memperketat pengamanan di gedung-gedung pemerintah, fasilitas-fasilitas transportasi, dan lokasi-lokasi penting lainnya di Moskow.
Di lain pihak, Ukraina mengungkapkan serangan balasannya terhadap invasi Moskow belumlah diluncurkan.
"Saya ingin bilang bahwa pasukan utama kami belum terlibat dalam pertempuran, dan kami kini sedang mencari, menyelidiki titik-titik lemah pertahanan musuh," kata panglima angkatan darat Ukraina, Oleksandr Syrskyi.
Sementara itu, Jenderal Oleksandr Tarnavskyi, panglima "Tavria" Ukraina atau front selatan, mengungkapkan pasukannya mencapai kemajuan di sektor Tavria.
Tarnavskyi mengungkapkan pasukan Rusia sudah kehilangan ratusan nyawa dan 51 kendaraan militer dalam 24 jam terakhir, termasuk tiga tank dan 14 pengangkut personel lapis baja.
Sumber: ReutersBaca juga: Bos tentara bayaran Rusia sebut perang di Ukraina didasari kebohonganBaca juga: 5,000 narapidana Wagner Group diampuni setelah berperang di UkrainaBaca juga: Wagner Group rebut Bakhmut timur setelah serangan rudal Rusia
Penerjemah: Jafar M SidikEditor: Atman Ahdiat Copyright © ANTARA 2023
Warga lokal berjalan di depan kerumunan pasukan Wagner Group, tentara bayaran Rusia, di kota Rostov-on-Don, Sabtu (24/6/2023). Wagner melancarkan aksi kudeta terhadap pemerintahan Presiden Vladimir Putin.
Presiden Putin dan para petinggi militer Rusia mendapat kejutan yang tidak menyenangkan pada Sabtu pagi, 24 Juni 2023. Melalui video yang diunggah di kanal Telegram, pemimpin Wagner Group, Yevgeny Prighozhin, dengan emosional menyatakan akan bertempur melawan angkatan bersenjata Rusia. Ia menyebut tindakannya ini sebagai ”pembalasan” atas serangan terhadap sejumlah besar pasukan Wagner yang dituduhnya dilakukan oleh militer Rusia.
Bukan kali ini saja Prighozhin meluapkan kekecewaan kepada Moskwa. Pada 8 Juni 2023, Prighozhin mengeluhkan dukungan dari pasukan Rusia di garis depan yang makin rawan akibat serangan balik Ukraina. Menurut Prigozhin, militer Rusia harus mengirimkan 200.000 tentara tambahan saat ini untuk menahan laju serangan pasukan Ukraina. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, banyak tentara Rusia melarikan diri seiring bergeraknya gelombang tentara Ukraina yang maju ke posisi mereka.
Eskalasi Wagner Group ini tentu mengagetkan banyak pihak. Sebabnya, Wagner adalah salah satu aktor kunci di balik sejumlah kemenangan Rusia di medan perang Ukraina. Selama bertahun-tahun pasukan Wagner Group dilaporkan juga bertempur di sejumlah negara demi kepentingan Rusia.
Pembelotan Wagner dengan demikian menjadi sorotan mancanegara karena krisis keamanan yang ditimbulkannya. Apalagi, Wagner dikabarkan telah merebut Rostov-on-Don, salah satu kota penting di selatan Rusia. Konvoi kendaraan bersenjata Wagner juga diberitakan terlihat di berbagai titik lain di Rusia. Pasukan Wagner mengancam akan berbaris menuju Moskwa dalam waktu dekat.
Pasukan Wagner Group, tentara bayaran Rusia, menguasai kota Rostov-on-Don, Sabtu (24/6/2023). Wagner melancarkan aksi kudeta terhadap pemerintahan Presiden Vladimir Putin.
Namun, belum genap sehari aksi pemberontakan ini berlangsung, Prigozhin kemudian mengumumkan akan menarik kembali seluruh pasukannya ke kamp mereka di Ukraina. Hal ini dilakukannya untuk mencegah pertumpahan darah yang lebih besar. Presiden Belarusia Alexander Lukashenko disebutkan ada di balik keputusan dramatis Prigozhin setelah mengadakan negosiasi dengannya.
Wagner Group adalah sebuah jaringan perusahaan militer swasta asal Rusia. Semula Wagner diduga didirikan oleh seorang veteran pasukan spesial Rusia, Dmitry Utkin (Kompas, 18/2/2018). Namun, setelah menyangkal selama bertahun-tahun, pada September 2022 Prigozhin akhirnya mengakui bahwa ialah yang mendirikan Wagner Group sejak 1 Mei 2014 (Reuters, 26/9/2022).
Sosok Prigozhin sendiri adalah orang dekat Presiden Putin. Melansir dari Al Jazeera, Prigozhin mulanya adalah seorang bekas narapidana yang pernah menjual hotdog di pinggir jalan. Kini, ia adalah pemilik sebuah perusahaan katering besar yang dikontrak untuk menyediakan makanan bagi pemerintah dan pasukan militer Rusia. Perusahaan kateringnya juga kerap dipakai untuk memenuhi kebutuhan jamuan presiden dengan tamu negara. Alhasil, ia kerap dijuluki sebagai ”Putin’s chef”.
Relasi antara Wagner dan Rusia terbilang cukup kompleks. Laporan dari Peneliti Senior Konsil Luar Negeri Jerman, Adras Racz, Wagner Group tidak teregistrasi di Rusia dan di negara lain sehingga menjadikannya tidak eksis secara de yure. Hukum di Rusia hingga saat ini juga melarang adanya perusahaan militer swasta. Meski demikian, pada Desember 2022 Wagner Group didaftarkan sebagai sebuah entitas legal sebagai perusahaan konsultan dan membuka sebuah kantor pusat yang megah di St Petersburg, Rusia.
Seorang tentara Wagner Group, militer bayaran Rusia, bersiaga saat menguasai kota Rostov-on-Don, Sabtu (24/6/2023). Presiden Vladimir Putin menyebut kudeta militer oleh Wagner merupakan tikaman dari belakang terhadap pemerintahannya.
Meski tidak diakui secara resmi, jejak Wagner tak pernah bisa dilepaskan dari aksi militer Rusia selama satu dekade belakangan. Kiprah Wagner di medan pertempuran dimulai sejak 2014 pada babak awal invasi Rusia ke Ukraina. Laporan Congressional Research Service (CRS) menyebutkan, Wagner berpartisipasi dalam pencaplokan Semenanjung Crimea. Wagner juga kemudian melancarkan operasi-operasi yang mendukung pasukan separatis pro-Rusia di timur Ukraina.
Selanjutnya, Wagner mulai aktif di negara-negara lain, terutama di benua Afrika dan Timur Tengah. Laporan Al Jazeera menyebutkan, pasukan Wagner ada di Suriah, Libya, Mali, Republik Afrika Tengah, Sudan, Mozambik, dan Madagaskar. Sebagian besar negara-negara ini memiliki kaitan erat dengan kebijakan diplomatik Rusia.
Wagner setidaknya terlibat dalam dua perang sipil. Pertama, pada perang sipil di Suriah dan selanjutnya pada perang sipil Libya. Pada 2015, Wagner diterjunkan untuk membantu rezim Bashar al-Assad. Diketahui sebelumnya bahwa Assad adalah sekutu dekat Putin. Kremlin pun akhirnya menerjunkan pasukannya secara langsung ke Suriah tak lama setelah Wagner masuk. Di Libya, keterlibatan Wagner sejak 2019 dalam perang sipil melawan pemerintahan Fayez Sarraj dipandang sebagai bagian perluasan pengaruh Rusia di Afrika Utara dan Timur Tengah (Kompas, 2/6/2020).
Pasukan paramiliter Wagner mengibarkan bendera Rusia setelah berhasil menaklukkan Kota Bakhmut, Ukraina, Selasa (20/5/2023).
Selain terlibat aktif dalam pertempuran, Wagner Group juga kerap memberikan jasa keamanan dan pelatihan. Lembaga Council on Foreign Relations melaporkan bahwa Wagner direkrut untuk memberikan pelatihan kepada pasukan Sudan dan memberikan perlindungan bagi Presiden Sudan Omar al-Bashir sejak 2017.
Hal serupa juga dilakukan Wagner di Republik Afrika Tengah dan Mali. Melalui kontrak-kontrak inilah Wagner diduga mendapatkan konsesi atas sumber daya alam yang digunakannya sebagai aliran dana utama mereka.
Memasuki 2022, Wagner semakin menunjukkan kemampuannya di medan pertempuran skala besar. Pasukan Wagner telah aktif terlibat dalam invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022. Nama Wagner semakin berkibar melalui pertempuran di Bakhmut, Ukraina.
Pada akhir Mei 2023, Wagner mengklaim telah merebut Bakhmut dari tangan pasukan Ukraina setelah bertempur selama berbulan-bulan. Namun, kemenangan tersebut menelan banyak kerugian bagi Wagner. Diperkirakan 20.000-30.000 pasukan Wagner tewas selama pertempuran tersebut berlangsung (AP, 25/5/2023).
Peta lokasi kota Rostov, Rusia, tempat pasukan tentara bayaran Wagner melancarkan pemberontakan terhadap Moskwa, Sabtu (24/6/20203).
Meski demikian, Wagner tidak hanya dikenal karena mampu memenangi pertempuran. Mereka juga disorot atas berbagai kekejaman dan kejahatan perang di berbagai tempat mereka beroperasi. Pada 2021, Wagner digugat terkait kasus pemenggalan kepala seorang warga Suriah tahun 2017 (Kompas, 16/3/2021). Kemudian, pada Oktober 2021, PBB melaporkan bahwa Wagner melakukan pemerkosaan dan kekerasan seksual di Republik Afrika Tengah. Wagner juga diduga berada di balik pembantaian di Bucha, Ukraina, pada Maret 2022.
Dunia internasional sejatinya telah membuat aturan yang melarang pasukan bayaran melalui Konvensi Geneva 1949 dan Konvensi Internasional 1989. Namun, Wagner membuktikan mereka bisa hidup dan berkembang di ranah abu-abu. Berawal dari 5.000 prajurit paramiliter berskala kecil pada 2014, Wagner telah menjelma menjadi pasukan dengan anggota sekitar 50.000 orang dengan alat tempur lengkap pada 2023.
Baca juga: Serangan Lintas Batas Ukraina Mulai Berpengaruh Mendikte Rusia
Ketidakmampuan PBB dalam menjaga perdamaian dunia ditengarai turut mendorong terciptanya kebutuhan atas jasa penyedia keamanan swasta seperti Wagner (Kompas, 26/5/2023). Tanpa adanya keharusan untuk mengakui mereka, sejumlah negara pun memanfaatkan mereka untuk menyelesaikan berbagai kepentingan secara diam-diam. Namun, eksistensi mereka di ranah abu-abu menjadikan mereka sulit dimintai pertanggungjawaban atas tindakan kejahatan yang mereka lakukan.
Terlepas dari semua itu, pembelotan yang dilakukan Wagner turut menunjukkan tidak pernah ada jaminan bahwa sekelompok prajurit bayaran akan selalu menuruti tuannya. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Spirit Moral Warga Rusia Melemah Menyikapi Hasil Perang
Inggris Nyatakan Kelompok Tentara Bayaran Wagner sebagai Organisasi Teroris
Rabu, 6 September 2023 - 09:04 WIB
London – Inggris akan menjadikan kelompok tentara bayaran Rusia, Grup Wagner, sebagai organisasi terlarang dan memberikan cap sebagai teroris.
Menteri Dalam Negeri Inggris, Suella Braverman mengatakan pada Selasa, 5 September 2023, bahwa Inggris berencana menjadikan Grup Wagner sebagai organisasi terlarang berdasarkan undang-undang anti-teror. Sehingga Inggris akan menempatkan Grup Wagner setara dengan ISIS dan Al-Qaeda.
“Wagner adalah organisasi yang penuh kekerasan dan destruktif yang telah bertindak sebagai alat militer Rusia di bawah pimpinan Vladimir Putin di luar negeri,” menurut pernyataan Braverman, dikutip dari Arab News, Rabu, 6 September 2023.
Siapa Yevgeny Prigozhin, bos tentara bayaran Wagner yang tewas akibat pesawat jatuh?
Sumber gambar, Getty Images
Sejak berakhirnya pemberontakan bos tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin di Rusia dua bulan lalu, selalu ada kesan bahwa sosok yang sudah lama hidup penuh risiko ini telah bertindak berlebihan.
Dengan munculnya kabar bahwa dia berada di pesawat jet pribadinya yang jatuh dalam perjalanan dari Moskow ke St Petersburg, ini menjadi akhir yang mengejutkan sekaligus tragis dari kehidupannya yang sangat bergejolak.
Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan jasa Prigozhin selama bertahun-tahun.
Namun pemberontakan gagal yang melibatkan tentara bayaran Wagner dianggap telah melampaui batas.
Putin mengutuk pemberontakan itu dan menyebutnya sebagai “pengkhianatan”. Setelahnya, tampak jelas bahwa peran Prigozhin di Rusia berakhir.
Prigozhin menghabiskan awal masa mudanya di penjara St Petersburg. Dia membangun bisnis katering yang berkembang pesat pada 1990-an. Bisnis katering itu membuatnya kaya dan mendapat perlindungan dari Putin.
Namun, petualangan Prigozhin sebagai tentara bayaran di Afrika, Suriah, dan Ukraina-lah yang menjadikannya sebagai seorang tokoh militer.
Akan tetapi dinamika kehidupannya berubah setelah Rusia menginvasi Ukraina, sehingga bekas koki presiden ini meraup kekuasaan serta kekayaan.
Laporan-laporan yang belum bisa dikonfirmasi menunjukkan bahwa pesawat Embraer Legacy milik Prigozhin terkena dua semburan api dari pertahanan udara militer.
Sumber gambar, Reuters
Kalau pesawat itu dengan sengaja dijatuhkan, tak banyak yang kaget mengingat Prigozhin memiliki banyak musuh. Dmitry Utkin, yang merupakan komandan Wagner pertama Prigozhin, juga merupakan salah satu penumpang pesawat tersebut.
Prigozhin, 62 tahun, tampaknya lolos dari hukuman atas pemberontakan singkatnya yang berujung gagal terhadap Kremlin.
Berdasarkan kesepakatan untuk mengakhiri pemberontakan, banyak tentara bayarannya dibolehkan kembali ke kamp di Belarus.
Sedangkan Prigozhin bisa pergi ke Rusia, lalu muncul di St Petersburg dengan pakaian santai selama pertemuan puncak para pemimpin Afrika di Rusia pada akhir Juli.
Videonya yang jenaka namun berbisa, yang berisi kata-kata kasar terhadap kegagalan lembaga pertahanan Rusia kemudian berakhir.
Televisi pemerintah selanjutnya menyiarkan penggerebekannya di sebuah rumah mewah di sekitar St Petersburg.
Sumber gambar, Reuters
Namun Prigozhin tidak pernah diam-diam pergi ke Belarus. Baru pada pekan ini, muncul video pidato pertamanya sejak pemberontakan yang gagal itu.
Latar belakang video itu berupa gurun, yang menunjukkan bahwa video tersebut diambil di Afrika.
Sambil mengenakan perlengkapan tempur, Prigozhin mengatakan bahwa suhu di sana mencapai 50C dan kelompok Wegner sedang merekrut tentara-tentara baru untuk menjadikan Rusia “lebih kuat di semua benua, dan Afrika bahkan lebih bebas”.
Prigozhin tampaknya kembali ke cikal bakal tentara bayaran yang dia tinggalkan beberapa tahun lalu ketika mendirikan perusahaan militer swasta Wagner, yang membantu menopang sekutu Rusia di Republik Afrika Tengah dan Suriah, dan menantang pengaruh Prancis di Mali.
Meskipun dia menyangkalnya selama bertahun-tahun, Prigozhin juga mendirikan tempat propaganda para blogger pro-Kremlin di sebuah kantor yang misterius di St Petersburg.
Sumber gambar, Getty Images
AS menyalahkan Badan Riset Internet miliknya karena memanfaatkan perang informasi untuk ikut campur dalam pemilihan presiden tahun 2016.
Pada tahun ini, Prigozhin mengakui gagasan itu: “Ide ini diciptakan untuk melindungi ruang informasi Rusia dari propaganda anti-Rusia yang kasar dan agresif dari Barat.”
Dia menghabiskan waktu selama hampir satu dekade di penjara pada era terakhir Soviet karena kasus perampokan dan penipuan.
Namun ketika Rusia baru melupakan masa lalu Sovietnya, Prigozhin beralih ke bisnis katering.
Mulanya dia menjual hotdog, lalu beralih ke kulinter yang lebih mewah, dengan membuka beberapa restoran yang lebih mewah di St Petersburg.
Putin, yang saat itu menjabat sebagai wakil wali kota, memantau perkembangan ini.
“Vladimir Putin melihat bagaimana saya membangun bisnis dari sebuah kios,” katanya beberapa tahun kemudian.
Sumber gambar, Getty Images
Setelah Putin menjadi presiden, dia menjamu para pemimpin global seperti Jacques Chirac dari Prancis di restoran milik Prigozhin.
Bisnis katering yang sedang naik daun ini kemudian dijuluki “koki Putin”.
Ketika bisnis tentara bayaran memberinya pengaruh militer dan uang, bisnis katering inilah yang mengalirkan kekayaan kepada Prigozhin hingga tahun ini.
Tidak lama setelah pemberontakan Wagner yang gagal, Putin mengungkapkan bahwa tentara Prigozhin sepenuhnya didanai sebesar US$1 miliar (Rp15,24 triliun) oleh negara selama 12 bulan.
Sedangkan US$1 miliar lainnya disalurkan ke perusahaan katering Concord milik Prigozhin untuk memberi makan tentara-tentaranya.
Namun, hal itu hanya terjadi dalam kurun satu tahun. Laporan menunjukkan bahwa dia telah menerima lebih dari US$18 miliar (Rp274,4 triliun) dari kontrak dengan pemerintah sejak 2014.
Propagandis Kremlin, Dmitry Kiselyov, mengatakan bahwa uang sebanyak itu telah membuat Prigozhin “melewati batas”, namun eksploitasi di medan perang yang dilakukan oleh anak buahnya yang membuatnya merasa kebal.
“Dia pikir dia bisa menantang kementerian pertahanan, negara, dan presiden secara pribadi.”
Hal ini terjadi ketika kampanye militer Rusia di Ukraina gagal tahun lalu dan pejuang Wagner pimpinan Prigozhin mempelopori kampanye berdarah untuk merebut Kota Bakhmut di wilayah timur.
Sumber gambar, Telegram
Pada September lalu, Prigozhin mengunjungi penjara-penjara di seluruh Rusia dan menawarkan narapidana kesempatan untuk meringankan hukuman mereka sebagai imbalan jika bergabung dengan Wagner.
Ribuan orang tewas dalam perjuangan merebut Bakhmut. Banyak dari mereka adalah mantan tahanan yang tidak berpengalaman dan bersenjata lengkap.
Saat pertempuran mencapai puncaknya, Prigozhin muncul di video yang beredar di media sosial sambil berdiri di antara jenazah para tentara bayaran dan meminta amunisi.
Dia menunjukkan kebenciannya pada menteri pertahanan loyalis Presiden Putin, Sergei Shoigu, dan panglima angkatan bersenjata Valery Gerasimov.
"Shoigu! Gerasimov! Di mana... amunisinya?... Mereka datang ke sini sebagai sukarelawan dan mati demi Anda untuk menggemukkan diri Anda di kantor mahoni Anda," katanya.
Prigozhin menghindari kritik langsung terhadap presiden, dan malah selalu menyalahkan komandannya.
Namun ketika para panglima militer mengumumkan rencana untuk menempatkan pasukan Wagner dan “detasemen sukarela” lainnya di bawah struktur komando utama, Prigozhin tampak tersentak.
Ketika dia bersiap meluncurkan “gerakan untuk keadilan”, dia mempertanyakan invasi besar-besaran ke Ukraina dan menuduh Menhan Shoigu bertanggung jawab atas kematian ribuan tentara Rusia.
Kremlin mengecam anggapan "histeria" bahwa pemberontakan Prigozhin telah melemahkan kekuasaan Vladimir Putin.
Setidaknya ini adalah awal dari berakhirnya pengaruh Prigozhin yang luar biasa dan berumur panjang di Rusia terhadap kepemimpinan Putin.
Pemberontakan tentara bayaran Wagner Group di Rusia berakhir setelah kesepakatan damai dengan pemerintah. Sebelumnya mereka sempat melakukan pemberontakan bersenjata dan berseteru dengan Presiden Vladimir Putin. Kini mereka telah menarik diri dari Moskow.
Wagner Group merupakan tentara bayaran Putin yang banyak terlibat dalam perang Rusia-Ukraina. Kelompok ini pertama kali berdiri pada 2014 lalu, ketika mereka mendukung pasukan separatis pro-Rusia di timur Ukraina.
Para kombatan bayaran Wagner Group kerap berada di garis depan pertempuran Ukraina dan bertaruh nyawa mereka. Bahkan, salah satu personel bisa dibunuh anggota sendiri jika kabur dari pertempuran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan risiko yang tinggi, tentara Wagner Group juga mendapat bayaran yang besar. Dilansir Middle East Eye, Rabu (28/6/2023), sebelum ada perang, tentara Wagner dibayar US$ 3.000-5.000 atau Rp 45 juta-75 juta sebulan. Setelah perang pecah di Ukraina, gaji mereka meningkat jadi US$ 10.000 atau Rp 151 juta.
Dengan gaji yang menggiurkan ini, Wagner berusaha menawarkan upah tersebut kepada para pejuang asing dari Turki, Serbia, Ceko, Polandia, Hongaria, Jerman, Kanada, Moldova, dan Amerika Latin. Para prajurit asing ini bahkan disebut ditawarkan upah yang lebih tinggi dari gaji biasanya.
Wagner juga diyakini sering menghubungi kelompok kriminal lokal di Amerika Latin dan negara-negara Eropa seperti Ceko, Moldova, dan Hongaria untuk direkrut. Wagner disebut ingin memiliki pasukan yang haus darah dan tak segan membunuh demi uang.
"Mereka biasanya akan merekrut orang-orang dengan pengalaman militer yang solid, namun invasi telah mengubah Wagner.Sekarang mereka mencoba menjangkau individu-individu yang tidak akan ragu untuk membunuh orang dan membutuhkan uang tunai," kata sumber anonim kepada Middle East Eye.
Menurut sumber, informasi perekrutan ini sendiri sudah mulai disebarkan lewat oligarki Rusia yang tinggal di Eropa dan perantara-perantara mereka yang memiliki hubungan dengan kelompok kriminal setempat. Para perantara digambarkan sebagai orang-orang yang akrab dengan pro-Rusia lokal, mantan tentara, dan organisasi kriminal.
Perang Ukraina: Kepala tentara bayaran Wagner tinggalkan Rusia setelah hentikan konvoi ke Moskow
Sumber gambar, Reuters
Diperbarui 25 Juni 2023
Pasukan tentara bayaran Wagner dilaporkan mulai meninggalkan Kota Rostov-on-Don dan tak lagi bergerak menuju Moskow, kurang dari 24 jam setelah upaya pemberontakan.
Pimpinan kelompok tersebut, Yevgeny Prigozhin, mengatakan telah menginstruksikan kepada seluruh anak buahnya untuk kembali ke Ukraina guna menghindari pertumpahan darah.
Prigozhin sendiri bakal pindah ke negara tetangga Belarus. Adapun dakwaan terhadapnya dan pasukannya akan dibatalkan, lapor media pemerintah Rusia.
Semula kelompok tentara bayaran Wagner dilaporkan mengambil alih komando militer regional dan merebut fasilitas militer Rusia di Voronezh, kota lain di utara, menuju Moskow.
Pergerakan kelompok tersebut mendorong Kremlin untuk memberlakukan keamanan ketat di banyak wilayah, termasuk Moskow. Bahkan walikota ibu kota telah mengimbau penduduk untuk menghindari bepergian.
Ada juga peringatan bahwa ribuan pasukan elite Chechnya sedang menuju ke Moskow untuk melawan tentara Wagner, jika diperlukan.
Akan tetapi, kondisi darurat ini tiba-tiba mereda pada Sabtu (24/06) malam, setelah pemimpin Belarus, Alexander Lukashenko, mengadakan pembicaraan dengan Prigozhin, menurut stasiun televisi Rossiya 24.
Beberapa jam kemudian, muncul video yang menunjukkan pasukan Wagner meninggalkan Rostov dan pemimpin mereka diantar dengan diiringi sorak-sorai serta jabat tangan pendukung.
Sumber gambar, Reuters
• Kepala kelompok tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, melontarkan kata-kata makian yang menyalahkan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, atas perang di Ukraina. Prigozhin mengklaim Shoigu melakukannya untuk mendapatkan penghargaan militer.
• Prigozhin kemudian bersumpah untuk "berkonvoi demi keadilan" dan menuduh Kremlin menyerang pasukannya dengan serangan misil pada Jumat (23/06).
• Keamanan ditingkatkan di Moskow Jumat malam setelah Prigozhin menyerukan pemberontakan bersenjata.
• Prigozhin menyatakan 25.000 pasukannya telah melintasi perbatasan dari Ukraina pada dini hari.
• Wali Kota Moskow mengumumkan langkah-langkah anti-teroris diambil untuk memperkuat keamanan dan di Rostov-on-Don, dekat perbatasan Ukraina, penduduk disuruh tetap di rumah.
• Sesaat sebelum pukul 06:00 BST muncul video online yang memperlihatkan Prigozhin di dalam markas militer Rusia selatan.
• Presiden Rusia Vladimir Putin mencela "petualangan kriminal" dan memperingatkan hukuman dalam pidato TV sekitar pukul 08:00.
• Sepanjang hari, pasukan Wagner bergerak di jalan tol M4 menuju Moskow, termasuk merebut fasilitas militer di Voronezh.
• Tepat sebelum pukul 18:30, Prigozhin mengatakan di saluran Telegramnya bahwa dia telah setuju untuk "menghentikan" pergerakan pasukannya.
• Belarus mengungkapkan pemimpinnya, Alexander Lukashenko, telah mengadakan pembicaraan dengan Prigozhin, dan Putin telah menyetujui pembicaraan tersebut
• Sekitar pukul 21:00 media pemerintah Rusia melaporkan bahwa Prigozhin akan berangkat ke Belarus. Adapun tuntutan pidana terhadapnya dan pasukannya akan dicabut.
Sumber gambar, Reuters
VIVA Militer: Tentara bayaran PMC Wagner Group Rusia
“Sementara rezim Putin memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap monster yang diciptakannya, aktivitas destabilisasi Wagner yang terus berlanjut hanya akan terus mendukung tujuan politik Kremlin.”
Berdasarkan Undang-Undang Terorisme tahun 2000, Menteri Dalam Negeri mempunyai wewenang untuk melarang suatu organisasi jika mereka yakin organisasi tersebut terlibat dalam terorisme.
Perintah pelarangan itu akan menjadikan kelompok tersebut sebagai tindak pidana.
“Mereka adalah teroris, jelas dan sederhana, dan perintah pelarangan ini memperjelas hal itu dalam hukum Inggris,” ujarnya.
“Wagner terlibat dalam penjarahan, penyiksaan dan pembunuhan keji."
Dia juga menambahkan, operasi kelompok itu di Ukraina, Timur Tengah dan Afrika merupakan ancaman terhadap keamanan global.
“Itulah sebabnya kami melarang organisasi teroris ini dan terus membantu Ukraina sebisa mungkin dalam perjuangannya melawan Rusia.”
Rancangan langkah-langkah untuk melarang Grup Wagner berdasarkan undang-undang tersebut akan diajukan ke Parlemen pada hari ini, 6 September 2023.
Sebelumnya, pada bulan Juli, Inggris mengumumkan sanksi terhadap 13 individu dan perusahaan yang dikatakan memiliki hubungan dengan kelompok Rusia di Afrika, dan menuduh mereka melakukan kejahatan di sana termasuk pembunuhan dan penyiksaan.
“Mereka adalah teroris, jelas dan sederhana, dan perintah pelarangan ini memperjelas hal itu dalam hukum Inggris,” ujarnya.