Perbedaan Bangunan Kaya Dan Miskin Dalam Islam

Perbedaan Bangunan Kaya Dan Miskin Dalam Islam

Ciri Wajah Orang Kaya

Wajah orang kaya dan miskin disebut memiliki beberapa perbedaan. Hal ini terlihat dari bentuk wajah, mulut, hingga kecerahan kulit. Ciri wajah orang kaya termasuk:

Video: Warga RI Mau Good Looking, Industri Kosmetik RI Makin Glowing

Kaya dan miskin bukan hanya soal usaha maupun keberuntungan. Ada faktor lain yang sangat mempengaruhi bahkan ikut menentukan kesuksesan seseorang, yaitu mentalitas. Mentalitas inilah yang mempengaruhi tindakan dan cara pengambilan keputusan seseorang. Salah satu dari sekian banyak perbedaan antara mental orang kaya dan mental orang miskin adalah cara mereka menggunakan uangnya.

Meskipun sama-sama bekerja dan berpenghasilan, ada orang yang bijak dalam mengelola pendapatan hingga berhasil mengumpulkan pundi-pundi kekayaan, namun ada pula yang penghasilannya hanya numpang lewat bahkan selalu merasa tidak pernah berkecukupan, di situlah mentalitas turut berperan. Ingin tahu bagaimana perbedaan orang kaya dan orang miskin dalam menggunakan uangnya? Yuk kita bongkar sama-sama!

Video: Warga RI Mau Good Looking, Industri Kosmetik RI Makin Glowing

Liputan6.com, Jakarta Perbedaan antara wajah orang kaya dan orang miskin telah lama menjadi topik menarik dalam ilmu sosial dan psikologi. Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh University of Glasgow dan dipublikasikan di APA Journal of Experimental Psychology, mengungkap bahwa raut wajah seseorang bisa menjadi penanda kelas sosialnya.

Penelitian ini, yang melibatkan partisipan kulit putih, menemukan bahwa wajah orang kaya cenderung memiliki bentuk yang lebih tirus, mulut yang tersenyum lebar, alis yang terangkat, mata yang berjarak dekat, dan kulit yang lebih cerah dan hangat. Fitur-fitur ini dikaitkan dengan kepercayaan, kompetensi, dan kehangatan.

Sebaliknya, wajah orang miskin cenderung memiliki wajah yang lebih lebar, pendek, dan datar. Bagian mulut mereka cenderung turun, dan kompleksi kulitnya lebih dingin. Mereka seringkali dianggap sebagai kelas bawah, kurang dapat dipercaya, dan tidak kompeten.

Contoh nyata, seperti CEO Facebook Mark Zuckerberg dengan wajah tirusnya dan CEO Amazon Jeff Bezos dengan kulit hangat dan kemerahan, tampaknya mendukung hasil penelitian ini. Meskipun tidak disebutkan secara spesifik dalam studi tersebut, kedua miliuner ini memiliki ciri-ciri yang dikaitkan dengan kekayaan.

Peneliti menekankan bahwa penampilan memang berpengaruh pada penilaian orang terhadap individu. Namun, penilaian tersebut bisa menimbulkan persepsi yang salah dan merugikan orang lain.

Penuis studi tersebut, Dr. R. Thora Bjornsdottir mengatakan, orang yang dianggap memiliki kedudukan kelas sosial tinggi atau rendah seringkali dinilai memiliki sifat-sifat yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.

"Penilaian semacam itu terbentuk bahkan hanya dari penampilan wajah, dan hal ini dapat menimbulkan konsekuensi yang substansial, termasuk merugikan mereka yang dianggap memiliki kedudukan kelas sosial yang lebih rendah," kata dia.

Jakarta, CNBC Indonesia - Penulis buku Robert Kiyosaki membeberkan rahasia sosok dan peran seorang ayah dapat membentuk kesuksesan anak dalam mengelola keuangan.

Ternyata, terdapat perbedaan pandangan mendasar antara sosok orang tua dari kalangan kaya dan miskin. Hal ini mengacu pada buku Robert Kiyosaki, Rich Dad Poor Dad, yang menggali perbedaan inti antara kedua tokoh ini.

Berikut merupakan rangkuman perbedaan antara keduanya:

Ayah miskin percaya pada pendidikan tradisional; ayah Kaya percaya pada pendidikan finansial. Perbedaan inti antara pola pikir ayah Miskin dan ayah Kaya tentang uang adalah keyakinan mereka pada jenis pendidikan yang mengarah pada kesuksesan finansial.

Jika ayah Miskin percaya pada keamanan yang ditawarkan oleh pendidikan formal dan pekerjaan yang stabil, ayah Kaya percaya pada kekuatan dan kebebasan pendidikan finansial. Buku Kiyosaki menekankan pentingnya literasi keuangan dan mendorong pembaca untuk mencari pengetahuan yang memberdayakan mereka untuk memahami dan mengelola keuangan mereka secara efektif.

Ayah miskin berpikir, "Uang adalah akar segala kejahatan", sedangkan ayah Kaya berpikir, "Kekurangan uang adalah akar segala kejahatan."

Perbedaan antara kedua pernyataan ini menyoroti cara memandang uang sebagai sumber masalah potensial versus memandang ketidaktahuan dan kekurangan finansial sebagai masalah nyata. Kiyosaki menggunakan pandangan yang kontras ini untuk menekankan pentingnya pendidikan keuangan dan potensi manfaat dari pemahaman dan pengelolaan uang secara efektif.

Ayah miskin bekerja demi uang; ayah Kaya menjadikan uang bekerja untuknya.

Ayah miskin percaya pada keamanan kerja dan berkata, "Dapatkan pekerjaan yang aman dan terjamin dengan tunjangan.", sedangkan ayah Kaya memikirkan tentang kewirausahaan dan berkata, "Pekerjaan adalah solusi jangka pendek terhadap masalah jangka panjang."

Ayah miskin percaya pada pendidikan tradisional. Dia menekankan mendapatkan pekerjaan yang baik, bekerja keras, dan menabung. Dia sering berkata, "Saya tidak mampu membelinya."

Ayah Kaya percaya pada pendidikan finansial. Dia menekankan belajar tentang uang, berinvestasi, dan menciptakan aset. Dia mendorong untuk bertanya, "Bagaimana saya mampu membelinya?"

Ayah miskin tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang aset dan liabilitas dan sering salah mengira liabilitas sebagai aset; ayah Kaya menekankan perolehan aset yang menghasilkan pendapatan dan berkata, "Orang kaya memperoleh aset. Masyarakat miskin dan kelas menengah memperoleh liabilitas namun menganggapnya sebagai aset."

Ayah miskin tidak memahami aset dan liabilitas dengan jelas dan sering salah mengartikan liabilitas sebagai aset. ayah Kaya menekankan perolehan aset yang menghasilkan pendapatan dan berkata, "Orang kaya memperoleh aset. Masyarakat miskin dan kelas menengah memperoleh liabilitas namun menganggapnya sebagai aset."

Ayah miskin menghargai pendidikan formal dan prestasi akademis; ayah Kaya menyukai pembelajaran langsung dan pengalaman dunia nyata.

Ayah kaya percaya bahwa melek finansial dan belajar sambil melakukan lebih penting daripada pendidikan formal. Sekolah membayar Anda berdasarkan nilai dan diploma; pasar membayar Anda dengan uang. Pendidikan terbaik ini ada dalam pengalaman, bukan di ruang kelas.

Ayah miskin tidak mau mengambil risiko dan percaya untuk mengambil risiko, sedangkan ayah kaya berpendapat bahwa mengambil risiko yang diperhitungkan adalah hal yang penting bagi pertumbuhan keuangan.

Ayah kaya berkata, "Untuk bertumbuh, Anda harus mengambil risiko." Pelajaran ini menggarisbawahi gagasan bahwa meskipun bermain aman mungkin melindungi Anda dari kerugian langsung, hal ini juga dapat membatasi potensi pertumbuhan Anda.

Di sisi lain, mengambil risiko yang telah diperhitungkan, bila dilakukan secara cerdas dan melalui penelitian yang tepat, dapat membuka pintu bagi peluang dan keuntungan finansial yang sebelumnya tidak dapat diakses.

Sepanjang bukunya, Kiyosaki menekankan pentingnya pendidikan keuangan, yang membekali individu dengan pengetahuan dan alat untuk mengambil risiko yang telah diperhitungkan dengan percaya diri dan efektif.

Ayah miskin sering mengeluh tentang kesulitan keuangan dan ayah Kaya melihat kesulitan finansial sebagai peluang belajar. Ia sering mengeluh tentang kesulitan keuangan tetapi tidak mengambil tindakan untuk mengubah situasinya.

Ayah kaya melihat kesulitan keuangan sebagai peluang belajar dan selalu mencari solusi. Ada pelajaran finansial di balik setiap perjuangan yang kita hadapi. Kuncinya adalah mempelajari pelajaran tersebut dan tidak mengulanginya.

Ayah yang malang membayar pajaknya dengan patuh dan tidak terlalu memikirkan untuk memanfaatkan perusahaan; ayah Kaya memahami keuntungan pajak dari memiliki sebuah perusahaan dan menggunakannya untuk keuntungannya.

Pendekatan ayah kaya terhadap pajak dan korporasi merupakan bukti kekuatan pendidikan finansial. Dengan memahami seluk-beluk undang-undang perpajakan dan manfaat struktur perusahaan, individu dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang mengoptimalkan hasil perekonomian mereka. Hal ini merupakan seruan untuk bersikap proaktif, mencari pengetahuan, dan memanfaatkan sistem yang ada untuk pertumbuhan dan pelestarian keuangan.

Meskipun berpendidikan tinggi dan pekerja keras, ayah miskin berjuang secara finansial dan ayah kaya membangun dan mempertahankan kekayaan melalui pemahamannya tentang uang, investasi, dan bisnis.

Hal ini mencerminkan gagasan bahwa pendidikan tradisional dan kerja keras, meskipun penting, bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan finansial. Literasi keuangan, pemahaman mendalam tentang uang, dan kemampuan mengambil keputusan keuangan yang tepat merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan arah perekonomian seseorang.

Perbedaan antara ayah miskin dan ayah kaya berfungsi sebagai pengingat bahwa untuk mencapai kesuksesan dan stabilitas finansial dengan sungguh-sungguh, seseorang harus melampaui kebijaksanaan konvensional dan mencari pengetahuan yang memberdayakan seseorang untuk menavigasi dunia keuangan yang kompleks secara efektif.

Saksikan video di bawah ini:

Orang bermental kaya mengelola pengeluaran, orang bermental miskin tidak pernah membuat perencanaan

Orang bermental kaya mengelola uangnya dengan membagi pendapatannya ke dalam beberapa pos-pos pengeluaran sehingga kondisi finansial mereka menjadi lebih teratur dan terencana.

Orang yang bermental miskin tidak demikian, mereka tidak pernah melakukan perencanaan keuangan sehingga pengeluaran mereka tidak terkontrol karena sibuk menuruti godaan dan tidak bisa mengatur skala prioritas antara keinginan dan kebutuhan.

Video: Rp47 Triliun Dana Asing Kabur, Rupiah Nyaris Rp16.000 Per USD

Jakarta, CNBC Indonesia - Ternyata kekayaan seseorang bisa bisa terlihat dari wajahnya. Ini ditemukan dalam sebuah penelitian dari Universitas Toronto.

Penelitian itu menggunakan subjek foto hitam putih dengan ekspresi netral dan tidak menggunakan aksesori apapun. Fotonya berjumlah 80 foto pria dan 80 wanita.

Subjek terdiri dari 50% orang kaya dan sisanya merupakan kelas pekerja. Foto tersebut ditunjukkan pada orang lain dan diminta menebak kelas sosialnya.

Lebih dari setengahnya (68%) menjawab dengan benar. Mereka juga tidak menyadari mengapa bisa menebaknya.

"Ketika ditanya bagaimana caranya, mereka tidak tahu. Mereka tidak menyadari bagaimana mereka bisa menebaknya dengan benar," kata R-Thora Bjorsdottir, peneliti studi tersebut seperti dilansir dari CNBC Make It, dikutip Minggu (7/7/2024).

Kemudian mereka meneliti dengan memperbesar fitur wajah. Banyak jawaban benar hanya dengan melihat mata dan mulut.

Menurut penelitian yang diterbitkan Journal of Personality and Social Psychology itu, orang kaya memiliki wajah yang cenderung bahagia dan tidak cemas. Sebaliknya, orang miskin cenderung dengan wajah yang tertekan.

Foto: University of Stirling

Perbedaan Muka Orang Kaya dan Miskin

"Hubungan antara kekayaan dan kelas sosial sudah banyak dibahas dalam penelitian terdahulu. Namun studi ini menemukan bahwa perbedaan kekayaan seseorang bisa tercermin dari wajah setiap orang," ujarnya.

Penelitian itu mengatakan orang dengan uang yang banyak akan cenderung bahagia. Mereka juga tidak cemas dibandingkan dengan orang yang harus memenuhi kebutuhannya.

Namun salah seorang peneliti lainnya, Nicholas O. Rule menjelaskan adanya konsekuensi negatif saat banyak orang menebak kelas sosial dari wajahnya saja. Misalnya memperlakukan orang dengan wajah kaya.

"Persepsi berbasis wajah tentang kelas sosial mungkin memiliki konsekuensi yang penting... Kita tahu ada yang disebut siklus kemiskinan dan ini berpotensi menjadi salah satu kontributornya," kata Rule.

Saksikan video di bawah ini:

Ciri Wajah Orang Miskin

Berbeda dengan wajah yang disebut kaya, beberapa ciri wajah orang miskin termasuk:

Itulah perbedaan wajah orang kaya dan miskin menurut studi. Semoga membantu, ya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Ternyata kekayaan seseorang bisa bisa terlihat dari wajahnya. Ini ditemukan dalam sebuah penelitian dari Universitas Toronto.

Penelitian itu menggunakan subjek foto hitam putih dengan ekspresi netral dan tidak menggunakan aksesori apapun. Fotonya berjumlah 80 foto pria dan 80 wanita.

Subjek terdiri dari 50% orang kaya dan sisanya merupakan kelas pekerja. Foto tersebut ditunjukkan pada orang lain dan diminta menebak kelas sosialnya.

Lebih dari setengahnya (68%) menjawab dengan benar. Mereka juga tidak menyadari mengapa bisa menebaknya.

"Ketika ditanya bagaimana caranya, mereka tidak tahu. Mereka tidak menyadari bagaimana mereka bisa menebaknya dengan benar," kata R-Thora Bjorsdottir, peneliti studi tersebut seperti dilansir dari CNBC Make It, dikutip Minggu (7/7/2024).

Kemudian mereka meneliti dengan memperbesar fitur wajah. Banyak jawaban benar hanya dengan melihat mata dan mulut.

Menurut penelitian yang diterbitkan Journal of Personality and Social Psychology itu, orang kaya memiliki wajah yang cenderung bahagia dan tidak cemas. Sebaliknya, orang miskin cenderung dengan wajah yang tertekan.

Foto: University of Stirling

Perbedaan Muka Orang Kaya dan Miskin

"Hubungan antara kekayaan dan kelas sosial sudah banyak dibahas dalam penelitian terdahulu. Namun studi ini menemukan bahwa perbedaan kekayaan seseorang bisa tercermin dari wajah setiap orang," ujarnya.

Penelitian itu mengatakan orang dengan uang yang banyak akan cenderung bahagia. Mereka juga tidak cemas dibandingkan dengan orang yang harus memenuhi kebutuhannya.

Namun salah seorang peneliti lainnya, Nicholas O. Rule menjelaskan adanya konsekuensi negatif saat banyak orang menebak kelas sosial dari wajahnya saja. Misalnya memperlakukan orang dengan wajah kaya.

"Persepsi berbasis wajah tentang kelas sosial mungkin memiliki konsekuensi yang penting... Kita tahu ada yang disebut siklus kemiskinan dan ini berpotensi menjadi salah satu kontributornya," kata Rule.

Saksikan video di bawah ini:

Orang bermental kaya membuat uang bekerja untuknya, orang bermental miskin bekerja untuk uang

Orang bermental kaya memilih untuk mengalokasikan sebagian uangnya untuk menambah aset dan berinvestasi. Dari hasil investasi tersebut, mereka mempunyai pendapatan pasif yang menghasilkan sehingga tanpa bekerja pun mereka akan tetap produktif.

Orang bermental miskin tidak berpikir sejauh itu, mereka terlalu sibuk bekerja untuk mencari uang yang ujung-ujungnya hanya mereka habiskan untuk memenuhi gengsi dan gaya hidup.

Orang bermental kaya sibuk menjadi kaya, orang bermental miskin sibuk terlihat kaya

Orang bermental miskin menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi gengsi dan gaya hidup. Mereka tak ragu membelanjakan uangnya untuk membeli barang-barang mewah nan bermerek hanya untuk terlihat ‘wah’ dan borjuis.

Sementara orang bermental kaya tidak peduli akan hal tersebut, mereka membelanjakan uang untuk hal-hal yang benar-benar menjadi kebutuhan sehingga bisa menyisihkan penghasilan yang akan semakin menambah pundi-pundi kekayaan mereka.

Orang bermental kaya menabung di awal, orang bermental miskin menabung di akhir

Setelah menerima gaji, orang bermental kaya akan mengalokasikan sejumlah uangnya untuk ditabung di awal. Sementara orang bermental miskin sibuk memikirkan apa saja yang ingin dibeli hingga akhirnya tidak sadar telah menghabiskan seluruh gajinya tanpa ada sisa untuk ditabung.

Orang bermental kaya berprinsip bahwa menabung adalah hal yang utama, sementara orang bermental miskin berprinsip bahwa hanya akan menabung kalau ada uang yang tersisa.

Tuh guys, ternyata cara orang bermental kaya dan orang bermental miskin dalam membelanjakan uangnya jauh berbeda dan sangat bertolak belakang. Kalau kamu termasuk yang mana?

Orang bermental kaya membeli fungsi, orang bermental miskin membeli gengsi

Saat membeli barang, orang bermental kaya akan lebih mengutamakan fungsi daripada gengsi. Mereka lebih memilih untuk membeli barang yang tidak terlalu mewah namun awet dan berkualitas daripada harus membeli barang bermerek yang harganya melebihi kualitasnya.

Sebaliknya, orang bermental miskin tidak terlalu peduli dengan fungsi karena lebih mengutamakan gengsi. Asal terlihat keren dan ‘wah’, barang mahal pun tetap dibeli.